Cerita: Sehari Bersama AI di Komputer
Bagaimana kehidupan sehari-hari bisa terasa berbeda ketika berbagai aplikasi kecerdasan buatan hadir di komputer kita.
Pagi yang cerah. Ardi duduk di depan laptop kesayangannya, ditemani secangkir kopi. Saat membuka email, Grammarly langsung menyoroti kata yang salah ketik. “Ups, ada salah lagi,” gumamnya. AI itu seolah guru bahasa pribadi yang sabar.
Belum selesai dengan email, ia membuka Notion. Kali ini, Notion AI membantunya membuat kerangka artikel dan memberikan beberapa judul alternatif. Dalam hitungan detik, ia sudah punya ide segar untuk kliennya.
Siang tiba. Ardi berganti aktivitas ke coding. Di Visual Studio Code, GitHub Copilot menyodorkan baris kode otomatis. “Seperti punya partner programmer,” pikirnya. Meski tidak selalu tepat, Copilot sering menghemat waktu berjam-jam.
Saat rapat online, NVIDIA Broadcast membersihkan latar belakang ruang tamunya. Suara bising dari jalan pun hilang. Rapat pun berjalan lancar, sementara Zoom AI Companion mencatat poin penting secara otomatis.
Selesai rapat, Ardi mengedit foto dengan Adobe Photoshop. Berkat Adobe Sensei, ia bisa menghapus objek mengganggu dan menyesuaikan warna hanya dalam detik. Foto yang biasa saja berubah jadi profesional.
Menjelang sore, Ardi butuh ide visual baru. Ia menjalankan Stable Diffusion untuk membuat ilustrasi kota futuristik. Dalam beberapa menit, ia punya gambar-gambar unik seolah dibuat oleh desainer ahli.
Malam datang. Saat membaca artikel asing, ia menyalin teks ke DeepL Translator. Hasil terjemahannya mengalir alami, mudah dipahami, tanpa kehilangan makna. Kini ia bisa menikmati tulisan itu seakan ditulis dalam bahasa ibu.
Hari itu, Ardi menyadari: AI di komputer bukan sekadar alat. Mereka seperti tim asisten digital yang setia — dari menulis, coding, rapat, hingga desain. Namun ia juga tahu, keputusan terakhir tetap ada di tangan manusia.

Tidak ada komentar: